Saya selalu berpikir bahwa orang tua juga harus sama seperti kita, bisa
menyesuaikan diri dengan perkembangan yang
terjadi di dunia; teknologi baru, informasi baru, system pengelolaan keuangan baru. Sampai pada beberapa tahun terakhir ini saya baru menyadari bahwa mereka berusaha
mengejarnya dengan susah payah. Kebanyakan system remote-control yang
rumit, istilah-istilah teknis yang tidak dimengerti, sampai pada
pengelolaan keuangan yang masih asing bagi mereka. Akhir-akhir ini saya
baru menyadari bahwa tidak jarang orang tua saya menahan untuk tidak
membicarakan apa yang mereka ingin tanyakan, atau apa yang ingin mereka
lakukan, hanya karena takut mengganggu kami. Tulisan ini sungguh
merupakan artikel yang bagus. Jika bukan karena perjalanan jauh kali
ini, saya yang bodoh ini pasti tidak akan mengetahuinya.
Papa mama yang sudah merawat kami tanpa pamrih selama ini, terutama Papa
yang sudah pensiun belasan tahun yang lalu, tanpa terasa menua begitu
cepat. Kami lima bersaudara, tetapi hanya tiga yang bisa berkumpul,
memutuskan untuk menemani Papa Mama pergi jalan-jalan ke Singapore.
Dalam perjalanan di atas pesawat, selama 4 jam Papa tidak pergi ke
toilet. Meskipun kami sudah berusaha membujuknya, tetapi ia tetap tidak
bergeming. Setiap kami sampai ke suatu tempat wisata, ia pun hanya masuk
toilet kalau sudah terpaksa sekali. Suatu kali, Papa masuk ke toilet
lama sekali. Setelah keluar dan tidak melihat kami, ia melihat kesana
kemari. Sampai pada tahap ini saja, Papa juga tidak membuka mulutnya
untuk berteriak sehingga membuat kami anak-anaknya kehilangan muka. Papa
hanya berdiri kebingungan di tengah kerumunan orang-orang asing, tetapi
tetap tenang dan sabar menunggu kemunculan anak-anaknya. Akhirnya saya
mengerti mengapa Papa tidak mau ke toilet saat jalan- jalan.
Dulu, masih kecil dan belum mengerti. Sering menertawakan Nenek yang
sudah berumur 80 tahun lebih, mengancingkan baju sendiri saja tidak
bisa. Lamban dan bodoh sekali! Pekerjaan yang begitu sederhana, mengapa
orang tua tidak bisa mengerjakan nya dengan baik? Kita belum
mengalaminya tentu sulit untuk memahaminya. Usia makin lanjut, terkadang
kaki dan tangan ini tidak dapat diajak kompromi, tidak menuruti kemauan
kita. Saya masih berpikir bahwa antara Papa dengan Nenek ada perbedaan
waktu yang cukup lama, siapa tahu kalau tanpa terasa Papa sudah sampai
di tahap ini juga. Setelah itu, saya tidak berani bermain-main lagi,
setiap saya melihat ada perubahan pada raut muka Papa, pasti akan
berkeras untuk mengantarkannya ke toilet, dan saya sendiri akan berdiri
menunggu di depan pintu. Awalnya Papa merasa agak kurang nyaman, tetapi
pelan-pelan akhirnya terbiasa. Saat saya menemani Papa untuk pergi ke
toilet dalam perjalanan pulang di atas pesawat, tiba-tiba ia berbisik
mengatakan, "Sebenarnya saya tidak bisa mengunci pintu WC dalam
pesawat."
Saya menepuk-nepuk bahunya dan berkata, "Tidak apa-apa." Hati terasa
pilu, dan ingin sekali memberitahukan adik-adik saya yang ikut agar
dalam perjalanan berikutnya juga membawa suami masing-masing, supaya
bisa lebih memperhatikan orang tua. Dan juga ingin mengatakan kepada
kakak yang tidak ikut dalam perjalanan ini bahwa uang masih bisa dicari
kembali, tetapi rejeki yang paling besar adalah orang tua yang masih
sehat dan masih bisa diajak untuk perjalanan jauh. Setelah masalah
mengenai toilet ini sudah terselesaikan, kelak kita bisa melakukan
perjalanan ke tempat yang lebih jauh lagi. Satu perjalanan ini banyak
memberikan hikmah bagi saya, sehingga saat sudah diatas kereta api,
tanpa terasa saya meneteskan air mata. mungkin karena perasaan yang
terlalu sensitive, atau juga karena mengkhawatirkan keadaan Papa Mama.
Karena tadinya kurang memperhatikan, menjadi kaget melihat Papa Mama
yang sudah menjadi tua dan lemah; tidak mempunyai 'bahu yang tegap dan
kuat' untuk 'tempat perlindungan yang hangat' seperti dulu lagi.
Ternyata manusia super yang selalu membantu saya untuk mengangkat langit
diatas kepala, juga bisa menjadi tua.
28 Oktober 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar