05 Mei 2008

My Idol

Presiden Bersepatu Butut

Presiden bersepatu butut ? mana ada ? begitu kira-kira orang bisa bertanya.
Mana di zaman sekarang ini ada orang nomor satu di sebuah negeri tampil
dengan sepatu butut, semiskin apapun negeri itu. Apalagi di negeri kita,
Indonesia, yang kaya raya ini, yang kekayaannya tidak kunjung habis walau
dikuras dan dikorupsi, jangankan presidennya, lurah atau kepala desanya saja
tidak mungkin pakai sepatu butut.
Tapi presiden bersepatu butut itu memang ada. Dia adalah presiden di sebuah
negara kaya minyak. Minyaknya jauh lebih melimpah-ruah dibandingkan minyak
negeri kita. Negeri itu adalah Iran . Presidennya, yang bersepatu butut itu,
bernama Mahmoud Ahmadinejad.

Ya Ahmadinejad adalah sosok sederhana dalam segala segi, tapi tidak terduga
bisa menjadi orang nomor satu di Iran , negeri para mullah itu. Betapa tidak,
Ahmadinejad bukan ulama besar, bukan tokoh besar revolusi, bukan birokrat
mumpuni, bukan politisi yang sudah malang-melintang dalam dunia persilatan
politik. Satu-satunya yang bisa dibanggakan pada dirinya, kalau itu adalah
kebanggaan, dia adalah seorang doktor. Tapi ia bukan doktor politik yang
dengan mudah mengunyah-ngunyah segala macam teori dan politiknya dunia
politik. Dia hanyalah seorang doktor ilmu transportasi.

Ahmadinejad naik secara mencengangkan melalui Pemilu 2005 menjadi presiden
Iran. Ia mengalahkan rival-rivalnya, yang semuanya adalah kampiun politisi di
negerinya, Akbar Hasyemi Rafsanjani, Mahdi Karrubi, Mostafa Moin, Muhammad
Baqer Qalibaf, Ali Larijani dan Muhsin Mehralizadeh. Padahal, diantara semua
kandidat presiden, dialah yang paling miskin dalam banyak hal, dan dialah
yang sama sekali tidak punya dana
kampanye dalam arti sesungguhnya.

Rakyat Iran akhirnya merasa puas, mereka tidak salah memilih. Pertama, inilah
pilihan mereka yang gagah berani, yang berani berkata tidak kepada Amerika,
ketika Amerika mati-matian menyuruh Iran menghentikan proyek nuklirnya, untuk
tujuan damai sekalipun. Ahamdinejad berkata dengan suara lembut tapi
mengandung ketegasan, "Jika pengayaan uranium itu berbahaya, mengapa negara
lain boleh melakukannya, dan jika itu bermanfaat mengapa negara kami tidak
boleh melakukannya" . Pada lain waktu, Ahmadinejad berargumentasi, dalam hal
nuklir, siapa sebenarnya yang lebih pantas dikhawatirkan, negeri yang belum
pernah menggunakan bom nuklir atau yang sudah pernah menggunakannya dua kali
pada negara lain? Begitu ungkapan lugas Ahmadinejad, menyindir Amerika yang
pernah menggunakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki .

Keberanian Ahmadinejad di mata rakyatnya bukan hanya melawan Amerika, tapi
melawan dirinya sendiri. Ya, masyarakat Iran sudah jatuh hati kepada
Ahamdinejad sejak masih sebagai walikota Teheran. Ia membuat orang
terheran-heran karena istana walikota dia jadikan museum sementara ia tetap
memilih tinggal di rumah pribadinya yang kumuh.

Ketika jadi presiden, ia tetap bersahaja. Tetap bersepatu butut. Kaos kakinya,
sekelas yang biasa dijual di kaki lima . Rambutnya selalu tampak kusam bagai
tidak pernah disentuh shampo. Jasnya dari kain murahan dan selalu berkemeja
tanpa dasi.

Kenapa bisa begitu ? Kenapa presiden kaya minyak itu masih terus bersepatu
butut ? Dia punya pandangan begini : "untuk mewujudkan masyarakat yang maju
dan sejahtera, pejabat negara harus memiliki standar hidup yang sama dengan
kebanyakan orang dalam masyarakatnya. Pemimpin harus mencerminkan kehidupan
nyata masyarakat di sekitarnya, tidak hidup di menara gading". Nah itu yang
tidak dimiliki oleh banyak pemimpin lainnya.

Tidak ada komentar: